Selasa, 15 Januari 2013

Just for a Moment (1)

Angel, ini adalah cerita yang merupakan gabungan dari beberapa novel dan film. Aku jadikan satu menjadi satu kisah, hehe... Moga nggak mengecewakan. :)


JUST FOR A MOMENT




Jonathan adalah seorang siswa SMA. Kelas 12 di SMA Bradley, Acorn Falls, Amerika. Dia adalah seorang pembangkang dan trouble maker yang handal.
Satu-satunya hal yang membuatnya tetap bertahan di sekolah ini dan selalu naik kelas adalah karena dia cerdas. Ia cerdas bukan karena rajin belajar, tapi karena ia memiliki daya ingat yang kuat, bisa dibilang daya ingat fotografis, yang membuatnya mampu mengingat apa yang pernah ia dengar atau lihat. Jadi, tanpa belajar, hanya dengan mendengarkan dan melihat penjelasan guru di kelas, ia bisa mengingat semuanya.
Tapi Jonathan tidak pandai matematika. Dia tidak suka menghitung, meskipun mudah baginya untuk menghafal semua rumus-rumus.
Suatu hari, Jonathan membolos pelajaran matematika. Dia berjalan di sepanjang koridor dengan santai, tanpa takut ketahuan guru. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara piano dari ruang musik. Alunan piano yang begitu indah itu membuatnya tanpa sadar membuka pintu ruang musik. Ada seorang gadis cantik yang sedang bermain piano di sana. Gadis itu terkejut dan seketika berhenti bermain piano.
Kenapa kau berhenti bermain?”
Siapa kau?”
Jonathan terdiam. Well, lupakan saja.” Lalu ia berjalan menjauh dari ruang musik.
Jonathan heran. Mengapa gadis itu tak mengenalnya? Semua orang di sekolah ini tahu namanya, berkat reputasinya yang buruk.
Pada waktu istirahat, Mr. Steven, guru Matematika, memanggil Jonathan ke ruangannya.
Apa yang anda inginkan?” tanya Jonathan.
Kenapa kau membolos tadi?”
Hh, itu bukan urusan anda.”
Jonathan!” Mr. Steven menggebrak meja. Beraninya kau mengatakan itu padaku! Kau tahu kau tidak pandai matematika!”
Jadi?” Jonathan tetap acuh tak acuh.
Jadi, saya sudah membuat jadwal matematika tersendiri untukmu, dan kau harus mengikuti ini!” Mr. Steven memberikan selembar kertas dengan jadwal matematika untuk Jonathan.
Jonathan mendesah kesal. Bagaimana jika aku tidak mau?”
Sayangnya, kau harus mau. Karena ini akan menentukan kelulusanmu. Kalau sampai kau membolos satu kali pun tanpa alasan yang jelas, kau tidak akan diizinkan mengikuti ujian akhir. Ini adalah kebijakan dari sekolah.”
Apa?!” Jonathan tersentak, lalu mengumpat tak jelas.
Dan yang akan menjadi mentormu di sini bukan aku.”
Siapa?”
Kau akan tahu jika kau datang ke kelas pertamamu sore ini. Di ruang kelasmu.”

***

Jonathan sudah akan membolos dari kelas matematikanya. Tapi, tiba-tiba ia melihat gadis yang ia temui di ruang musik. Gadis itu masuk ke dalam kelasnya pukul 2 siang, bertepatan dengan jadwal matematikanya yang pertama. Saat ini kelas itu sudah kosong. Akhirnya, karena curiga, Jonathan masuk ke ruang kelasnya.
Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya.
Kau..." Gadis itu terkejut. "Ehm, aku sedang menunggu ... mm, muridku.
Jadi, kau seorang guru?” Jonathan menaruh tasnya di atas salah satu meja dan duduk.
Tidak. Aku juga seorang siswa. Sama sepertimu. Tapi, aku telah diberi tanggung jawab untuk membantu salah satu siswa di sini yang kurang pandai matematika. Mr. Steven memberi jadwal matematika tersendiri untuknya. Dan akulah yang menjadi mentor.”
Jonathan mendengus. Itu aku.”
Eh?”
Ya. Siswa yang kurang pandai matematika, yang kau tunggu-tunggu, itu aku.”
Oh.” Gadis itu mengangguk, lalu duduk di depan Jonathan. Oke. Pertama-tama, kita harus memperkenalkan diri. Namaku Rosalie. Kau bisa memanggilku Rose. Dan, siapa namamu?”
“Kau sungguh tak mengenalku?”
“Tentu saja aku kenal. Kau adalah seorang cowok yang tadi pagi tiba-tiba saja datang ke ruang musik, mengagetkanku, dan memecah konsentrasiku saat memainkan lagu. Dan juga, kau adalah seorang siswa yang tidak pandai matematika.”
Jonathan menghela napas. “Namaku Jonathan, kalau kau benar-benar ingin tahu. Dan itu adalah hal yang seharusnya sudah kau ketahui sejak dulu. Kau boleh memanggilku terserah.”
Oke, Tuan Terserah.”
Hei, apa maksudmu?”
Kau bilang, aku bisa memanggilmu terserah.”
Ck, ck, ck.” Jonathan menggelengkan kepala. “Aku heran mengapa gadis bodoh sepertimu terpilih menjadi guruku. Panggil aku Jo.”
Rose tersenyum. Baiklah, Jo. Lalu, sebelum kita memulai pelajaran, aku ingin kau berjanji satu hal.”
Berjanji apa?”
Jangan biarkan dirimu jatuh cinta padaku.”
Apa?!” Jonathan sangat terkejut. Kemudian ia tertawa keras-keras. Apakah kau bercanda? Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta dengan seorang gadis sepertimu? Itu sebuah permintaan yang aneh.”
Siapa tahu?” Rose mengangkat bahu. Orang berkata, cinta datang karena terbiasa. Dan aku harap, kau bisa menepati janjimu itu.”
Tentu saja.”
“Bagus. Oke, kita mulai. Aku dengar, kau siswa yang cerdas. Kenapa tak kau gunakan otak pintarmu itu untuk matematika?”
“Aku tak suka matematika. Aku tak suka membuat otakku gila karena memikirkan begitu banyak rumus dan harus menghitung mereka.”
“Matematika adalah pelajaran menyenangkan, jika kau bisa memahaminya.”
“Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuatku “memahaminya”?”
“Entahlah, aku belum tahu. Apa yang kau inginkan dariku untuk membuatmu “memahaminya”?” tanya Rose. “Kecuali mengizinkanmu keluar dari ruangan ini!” tambahnya buru-buru saat melihat Jonathan menoleh ke pintu kelas.
Jonathan tertawa. “Kau sudah tahu apa yang aku inginkan. Oke, jika itu dilarang, beri aku pengetahuanmu tentang matematika. Tulis di papan tulis, dan aku akan mengingatnya.”
Rosalie menuruti permintaan Jonathan. Ia menulis sambil menerangkan beberapa rumus-rumus. Jonathan hanya diam mendengarkan. 
“Apa kau tak menulisnya?” tanya Rosalie heran.
“Aku sudah mencatatnya di dalam otakku.”
“Tapi, kau bisa lupa.”
“Tidak akan. Aku tak pernah lupa dengan apa yang telah aku dengar dan lihat.”
Rosalie menatap Jonathan dengan mata disipitkan. “Mari kita periksa kejujuranmu.”
“Kau meragukan kata-kataku?”
“Sejujurnya, iya. Jika kau memang jujur dengan apa yang kau katakan tadi, tak seharusnya kau berada di sini bersamaku sekarang.”
“Oke. Beri aku tes.”
Rosalie menulis soal-soal untuk Jonathan, dan Jonathan menyelesaikannya dengan cepat.
“Jo, jawaban akhirmu masih banyak yang salah,” kata Rosalie setelah memeriksanya. “Tapi kau menggunakan semua rumus yang tepat. Hebat!”
“Hh.” Jonathan mendengus. “Sudah kubilang, aku tak suka menghitung. Tak akan ada yang bisa mengubah kenyataan itu.”
“Tidak. Aku percaya, suatu hari, kenyataan itu akan berubah.”
“Bagaimana?”
Rosalie hanya tersenyum simpul. “Oke. Cukup untuk hari ini.” Ia membereskan buku-bukunya. “Terima kasih. Jangan lupa pertemuan kita selanjutnya besok.”
“Rose!” panggil Jonathan sebelum Rosalie membuka pintu kelas.
“Ya?”
“Aku tau kau pintar bermain piano.”
Rosalie mengangguk. “Aku suka piano. Piano is my soul.”
“Apa kau keberatan jika besok kita belajar di ruang musik?”
“Eh? Tugasku adalah mengajarimu matematika, bukan belajar piano.”
“Tentu saja tidak, gadis bodoh.” Jonathan tertawa mengejek. “Kau ajari aku rumus-rumus lagi, beri aku banyak soal, dan aku akan mengerjakan semuanya sementara kau bermain piano di sebelahku.”
“Oh. Mm, aku tak tau. Tapi, itu ide yang bagus. Mungkin saja kau jadi cinta matematika setelah mendengar laguku.” Rosalie berkelakar. “Aku akan bicara kepada Mr. Steven besok. Selamat siang.” 



Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar